My Dear Indomie

Monday, November 9, 2020


 

"Indomie, bukan! Bukan merk mie instan melainkan nama seekor kucing ku. Aku menamainya Indomie karena aku suka indomie"

 

Sewaktu aku masih kuliah di Jogja, aku memiliki kucing persia bernama Pitsky, itu kucing pertama ku. Sebelumnya, aku takut banget sama kucing, tapi ketika aku stay di rumah keluarga ku yg banyak kucing, aku mulai menyukainya. 

Setelah aku meninggalkan Jogja dan kembali kerumah asal, aku tidak membawa Pitsky bersamaku karena satu dan lain hal. Aku tidak berencana untuk adopsi kucing lain di rumah. Tapi ketika aku dirumah, ada kucing kampung yg sering ke rumah minta makan, ada 2 kucing yaitu ibunya dan anaknya yg masih kecil. Karena sering ke rumah dan selalu dikasih makan, akhirnya mereka betah dan mereka tak pernah pergi dari rumah ku. Aku lebih tertarik sama kitten, karena mereka masih polos, lucu dan menggemaskan, tapi beda sama yg satu ini, anak kucing ini sangat pemalu dan gak pernah mau disentuh, dia juga tidak bisa lepas dari ibunya selain karena dia masih menyusui ya dia sangat takut akan sentuhan manusia. Awalnya aku biasa aja, tapi dia beranjak besar dan susu ibunya gak mungkin cukup dan mungkin sudah habis. Aku pun mulai memberinya makan, karena dia penakut dan pemalu, aku letakan makanan di lantai lalu aku menjauh agar dia bisa memakannya dengan tenang. Lama-kelamaan dia mulai terbiasa dan mau disentuh. Aku pun mulai sayang.

Aku menamainya Indomie, bukan! Bukan merk mie instan melainkan nama seekor kucing ku. Aku menamainya indomie karena aku suka indomie. Nama yg konyol tapi aku rasa dia juga menyukainya. Day by day, Indomie mulai terbiasa dengan ku dan nama barunya, setiap aku panggil dia, dari sudut mana pun dia berada, dia akan selalu berlari menghampiri ku dan mengendus di kaki ku. Indomie seekor kucing yg manja, tak jarang kami tidur bersama, dia sangat suka di elus- elus. 

Semakin hari rasanya aku semakin sayang sama tingkahnya yg lucu dan gemesin, Indomie kucing yg paling baik dan sopan yg pernah ku temuin, gimana gak sayang? Setiap aku pulang ke rumah selepas kerja dia selalu datang menghampiri ku dan mengikuti ku di rumah dan juga selalu mengeong manja. Tak terasa sudah setahun kami bersama dan dia makin membesar bahkan besarnya mengalahi ibunya. Indomie yg sekarang bukanlah kucing yg pemalu dan penakut seperti dulu, dia menjadi kucing yg sangat berani. Indomie sudah tak takut lagi dengan manusia, ia bahkan berburu tikus, kecoa dan binatang lainnya untuk dimakan 😅. Kucing yg rakus tapi aku benar-benar sangat menyayanginya. 

Oh ya! Indomie juga punya siblings karena ibunya "kawin" secara paksa oleh kucing jantan yg sering lewat rumah dan melahirkan 2 kucing yg juga lucu, gak seperti Indomie dulu, adik-adiknya jauh lebih berani, mungkin pengaruh Indomie yg sekarang. Rumah ku ramai dengan kucing-kucing lucu seperti mereka. 

Tapi semua itu berubah, pada saat tgl 6 November kemarin, aku mendapati Indomie mual dan muntah, dia pun enggan makan dan minum, awalnya aku mencoba biasa aja, tapi khawatir juga dan bingung harus ngapain. Aku biarkan sehari, ternyata dia masih seperti itu tak mau makan dan minum. Di tempat ku tidak ada dokter hewan. Aku dan keluarga ku mengira dia keracunan, tapi rasanya tidak ada makanan yg aneh kami berikan ke dia. Tapi adik ku melihat ekor ular, kami berpikir kalau dia kepatok ular atau memakan ular karena Indomie dan adiknya suka berburu binatang-binatang. Ya, dirumah kami memang ada ular karena masih banyak pohon-pohon di sekitar. 

Aku mencari cara bagaimana Indomie bisa selamat, tapi ketika aku ingin memberinya makan, dia tidak kelihatan lagi disekitar rumah. Aku panggil pun dia tak lagi berlari ke arah ku seperti biasa, bahkan jejaknya pun tak ada. Aku pikir dia sedang menyembuhi dirinya sendiri. Pemikiran yg bodoh memang. 

2 hari tanpa jejak Indomie, tak tahu dimana, hari ini tgl 9 November 2020 aku mendapatkan kabar dari tetangga bahwa kucing ku sudah meninggal dan dikuburkan. Rasanya melebihi diputusin pacar. Sakit banget, semua kenangan yg ku lalui bersamanya terulang dikepala ku, Indomie yg selalu suka di elus-elus manja dan yg selalu ngikutin aku kemana aja sudah tidak ada lagi di dunia ini. Harusnya aku tidak membiarkannya pergi dari rumah, harusnya aku memaksa dia untuk makan tapi semua itu sudah tak ada artinya lagi. Yang lebih menyedihkan, Indomie mati bersama 2 adiknya. 

Sesedih-sedih nya aku, masih sedih ibunya. Ibunya sangat galau sekali, yg biasa jalan-jalan, hari ini dia terlihat lesu dan banyak tidur. Tak jarang ia mengeong memanggil anaknya. Kami memberikannya makan tapi tak seperti biasa dia tak memakannya malah dia membawa makanannya keliling rumah sambil mengeong. Iya, niatnya pasti untuk memberikan ke anak-anaknya. Dia keliling rumah sambil membawakan makanan dimulutnya, tapi sekeras apapun ia mengeong anaknya tak akan pernah kembali lagi. 

Dear Indomie dan adik-adiknya, semoga kalian tenang disana, maaf kalian harus merasakan sakit yg lama sebelum kematian, maaf aku seharusnya lebih cepat menolongmu dan mengobatimu, maaf aku belum jadi majikan yg baik untuk kalian. Terima kasih Indomie dan adik-adiknya yg sudah menjadi kucing yg sangat baik, yg menyayangi ku, meramaikan rumah ku dan juga menjaga rumah ku. Kalian tidak akan pernah bisa terganti walau akan ada kucing yg lain. Dan sekarang rumah ku akan kembali menjadi sangat sepi, tak akan ada ngeoangan kalian lagi, tak akan ada berantem kecil dan lari-larian lagi. Doakan ibu kalian ya agar kuat menjalani hidup :'). I love you and I'll miss you forever.


✨Memories with Indomie

  






Keadaan ibunya setelah  anaknya meniggal
Keadaan ibunya setelah  anaknya meniggal dan ia tak mau makan



Post a Comment